IDEAJA.COM –Fitur paylater kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup anak muda. Kemudahan membeli barang tanpa membayar langsung dianggap praktis dan membantu, namun di sisi lain banyak yang akhirnya terjebak dalam perilaku konsumtif dan utang menumpuk tanpa disadari.
Secara psikologis, penggunaan paylater memicu efek “rasa memiliki instan”. Otak menerima kepuasan seketika saat membeli sesuatu, sementara rasa bersalah baru muncul ketika tagihan datang. Generasi muda yang terbiasa dengan akses digital cepat sering kali sulit menahan dorongan impulsif ini.
Selain itu, strategi promosi seperti diskon, cashback, dan notifikasi “bayar nanti” membuat sistem paylater terasa ringan padahal menambah beban keuangan jangka panjang. Banyak pengguna muda tidak menyadari bunga dan biaya administrasi yang meningkat bila pembayaran terlambat.
Cara mengontrolnya adalah dengan disiplin anggaran dan kesadaran diri. Anak muda disarankan menggunakan paylater hanya untuk kebutuhan penting, bukan keinginan sesaat. Membatasi limit, mencatat setiap transaksi, serta menunda keputusan belanja selama 24 jam dapat membantu menghindari perilaku konsumtif yang berisiko.
