• Jelajahi

    Copyright © IDEAJA.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan 300x250

    Apa Itu Slow Travel? Ini Manfaat dan Alasan Mencobanya

    Redaksi
    Selasa, 08 Juli 2025, 11:26 WIB Last Updated 2025-07-08T04:26:53Z
    masukkan iklan disini
    masukkan script iklan disini




    DEAJA.COM – Pernah merasa lelah setelah pulang liburan? Mungkin Anda butuh mencoba cara baru dalam menikmati perjalanan. Di tengah tren pariwisata instan yang serba cepat dan penuh agenda padat, slow travel hadir sebagai pendekatan yang lebih santai, mendalam, dan bermakna. Gaya perjalanan ini menawarkan pengalaman yang tidak sekadar foto-foto di destinasi populer, tapi juga koneksi emosional yang lebih kuat dengan tempat dan budaya lokal.


    Slow travel, atau perjalanan lambat, bukan sekadar memperlambat kecepatan perjalanan. Konsep ini menekankan pengalaman autentik, waktu yang lebih lama di satu tempat, dan interaksi langsung dengan masyarakat lokal. Bukan hanya soal efisiensi waktu, slow travel menjadi bentuk resistensi terhadap gaya liburan kejar tayang yang sering justru membuat stres.


    Mengapa Slow Travel Layak Dicoba?


    1. Mendalami Budaya Lokal


    Daripada hanya mengunjungi landmark, slow travel memungkinkan Anda benar-benar mengenal kebudayaan suatu daerah—dari bahasa, tradisi, hingga makanan khas. Anda bisa ikut kelas memasak tradisional, tinggal di homestay lokal, atau bahkan membantu aktivitas warga.


    2. Mengurangi Stres dan Burnout


    Tidak ada itinerary yang padat atau jam kunjungan yang ketat. Anda bisa lebih fleksibel, memberi ruang untuk spontanitas, dan benar-benar merasakan “libur” dari tekanan pekerjaan dan rutinitas harian.


    3. Lebih Ramah Lingkungan


    Slow travel biasanya menggunakan moda transportasi darat seperti kereta, bus, atau berjalan kaki. Dengan demikian, jejak karbon yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan perjalanan lintas udara atau berpindah-pindah tempat terlalu sering.


    4. Lebih Ekonomis


    Menginap lebih lama di satu tempat sering kali memberi tarif yang lebih murah. Anda juga bisa memasak sendiri, berbelanja di pasar lokal, dan tidak perlu keluar banyak biaya untuk transportasi antarkota.


    5. Kualitas, Bukan Kuantitas


    Dengan waktu yang cukup, Anda bisa menikmati detail kecil—suasana pasar pagi, aroma khas jalanan kota tua, hingga percakapan santai dengan penduduk sekitar. Ini adalah bentuk liburan yang meninggalkan jejak kenangan, bukan sekadar checklist destinasi.


    Tips Memulai Slow Travel

    • Fokus pada satu kota atau kawasan. Jangan tergoda untuk menambah tujuan secara berlebihan.

    • Gunakan akomodasi lokal. Pilih penginapan yang dikelola masyarakat lokal untuk mendukung ekonomi setempat.

    • Pelajari bahasa dasar. Sapaan atau terima kasih dalam bahasa lokal dapat membuka banyak pintu interaksi.

    • Jadilah pelancong yang adaptif. Nikmati pengalaman baru tanpa ekspektasi kaku.

    • Dokumentasikan secukupnya. Fokus pada momen, bukan hanya layar kamera.


    Indonesia: Surganya Slow Travel

    Indonesia memiliki banyak lokasi yang cocok untuk slow travel. Ubud di Bali, misalnya, menawarkan kombinasi budaya, alam, dan kelas yoga. Di desa-desa seperti Wae Rebo (NTT) atau Penglipuran (Bali), Anda bisa menyelami kehidupan tradisional. Bahkan kota tua seperti Yogyakarta dan Solo dapat dijelajahi dengan sepeda sambil mengenal sejarahnya lebih dalam.


    Slow travel adalah ajakan untuk kembali menikmati perjalanan dengan penuh kesadaran dan penghargaan terhadap waktu, tempat, dan manusia yang kita temui. Ini bukan sekadar tren, melainkan gaya hidup yang bisa memberi dampak positif pada kesehatan mental, lingkungan, dan komunitas lokal. Saatnya berhenti sejenak dari kejaran waktu dan mencoba merasakan dunia dengan langkah yang lebih tenang.


    Redaksi
    IDEAJA.COM – Inspiratif • Cerdas • Aktual

    Komentar

    Tampilkan